Sejarah Munculnya Madrasah Di Indonesia Dan Perkembangannnya

NAMA: NASRULLAH

NIM: 151.091.106

KELAS: PAI IVA

SEJARAH MUNCULNYA MADRASAH DI INDONESIA DAN PERKEMBANGANNNYA

 

Menelusuri makna madrasah secara harfiah

Kata madrasah berasal dari bahasa Arab yang  merupakan isim makan dari darasa-yadrisu. Secara harfiah, kata ini berarti atau setara maknanya dengan kata Indonesia, “sekolah”. Madrasah mengandung arti tempat, wahana anak mengenyam proses pembelajaran. Maksudnya, di madrasah itulah anak menjalani proses belajar secara terarah, terpimpin, dan terkendali. Dengan demikian, secara teknis madarasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal yang tidak berbeda dengan sekolah. Hanya dalam lingkup kultural, madrasah memiliki konotasi spesifik. Di lembaga ini anak memperoleh hal-ihwal atau seluk beluk agama dan keagamaan. Sehingga dalam pemakaiannya kata madrasah lebih dikenal sebagai sekolah agama.[1]

Kata madrasah, yang secara harfiah identik dengan sekolah agama, setelah mengaarungi perjalanan peradaban bangsa diakui telah mengalami perubahan-perubahan walaupun tidak melepaskan diri dari makana asal sesuai dengan ikatan budaya Islam.[2]

 

Sejarah Munculnya Madrasah di Indonesia

Tampaknya kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidak-tidaknya memiliki latarbelakang, di antaranya:

  1. Sebagai manifestasi dari realisasi pembahuruan sistem pendidikan Islam.
  2. Usaha penyempurnaan terhadap sstem pesantren ke arah suatu sistem pedidikan yang lebih memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan yang sama dengan sekolah umum, misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan ijazah.
  3. Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam, khususnya santri yang terpukau pada Barat sebagai sistem pendidikan mereka.
  4. Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan dari hasil akulturasi.[3]

Pada mulanya, pendidikan Islam dilaksanakan di surau-surau dengan tidak menggunakan sistem klasikal dan tidak pula menggunakan bangku, meja, papan tulis, hanya duduk bersila saja. Kemudian mulailah perubahan sedikit demi sedikit sampai sekarang. Pendidikan Islam yang mula-mula menggunakan sistem klasikal dan memakai bangku, meja dan papan tulis ialah Sekolah Adabiyah (Adabiyah School) di Padang.yang didirikan Syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Dan inilah madrasah (Sekolah Agama) yang pertama di Minangkabau, bahkan diseluruh Indonesia, karena menurut penyelidikan tidak ada madrasah yang lebih dulu didirikan dari Sekolah Adabiyah itu. Dan madrasah Adabiyah tersebut berkembang sampai tahun 1914. Akan tetapi kemudian diubah menjadi HIS[4] Adabiyah pada tahun 1915. Dan inilah HIS yang pertama di Minangkabau yang memasukkan pelajaran Agama dalam rencana pembelajarannya.

Gagasan awal dalam proses moderisasi pendidikan Islam  sebagaimana diungkapkan Husni Rahim[5], setidaknya ditandai oleh dua kecendrungan organisasi-organisasi Islam dalam mewujudkannya yaitu:

Pertama, mengadopsi sistem pendidikan dan lembaga pendidikan modern (Belanda) secara menyeluruh. Usaha ini melahirkan sekolah-sekolah umum model Belanda tetapi diberi muatan tambahan pengajaran Islam.

Kedua, munculnya madrasah-madrasah modern, yang secara terbatas mengadopsi substansi dan metodologi pendidikan modern Belanda, namun tetap menggunakan madrasah dan lembaga tradisional pendidikan Islam sebagai basis utamanya.

Perkembangan Madrasah di Indonesia

  1. Madrasah pada masa Penjajahan

Pada masa penjajahan, pendidikan Islam dipandang sebelah mata oleh pihak pemerintahan  kolonial Belanda, karena mereka merasa tidak perlu dan tidak ada gunanya untuk melakukan sesuatu, karena pendidikan Islam dianggap sebagai pendidikan moral keagamaan yang mengagungkan rasa intuitif yang memberikan sumber semangat perjuangan bagi rakyat. [6]

Adapun madrasah yang lahir pada masa ini: Madrasah Tawalib oleh Syaikh Abdul karim Amrullahdi Padang Panjang); Madrasah Nurul Iman oleh H. Abd Somad di Jambi, Madrasah Saadah al-Darain oleh H. Achmad Syakur; Saadah Adabiyah oleh Tengku Daud Beureueh. Hal serupa juga di Sumatera Timur, tapanulli, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan lain-lain.[7]

  1. Madrasah pada Awal Masa Kemerdekaan

Di awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya madrasah dimasukkan kedalam system pendidikan nasional. Madrasah memang tetap hidup, tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari pemerintahan. Adanya perhatian pemerintah baru diwujudkan denagan PP No. 33 Tahun 1949 dan PP No. 8 Tahun 1950, yang sebelumnya telah dikeluarkan peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1946, No. 7 Tahun 1952, No. 2 Tahun 1960 dan terakhir No. 3 Tahun 1979 tentang pemberian bantuan kepada madrasah.[8]

Ditinjau dari segi jenis madrasah berdasarkan kurikulum dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Madrasah Diniyah, Madrasah SKB 3 Mentri dan Madrasah Pesantren. Madrasah Diniyah adalah suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama (diniyah).[9]


[1] A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Moderenitas, (Bandung: Mizan, 1998), h.18-19.

[2] Ibid

[3]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h. 163.

[4] HIS =Hollandsche Indische Schoel atau Sekolah Belanda Boemi Poetra.

[5] Muhammad Kholid Fathoni, Pedidikan Islam dan Pendidikan Nasional:Paradigma Baru. (Jakarta: Departemen Agama RI, 2005), h. 61.

[6] Abdul Rchman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa: Visi, Misi dan Aksi,(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006)

[7] Ibid

[8] Ibid., h. 23.

[9]H.M. Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal: Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.95.

Tinggalkan komentar